SEJARAH KALIMANTAN TENGAH
Menurut legenda suku Dayak yang berasal dari Panaturan Tetek Tatum
yang ditulis oleh Tjilik Riwut mengisahkan orang pertama yang menempati
bumi atau menginjakan kakinya di Kalimantan adalah Raja Bunu.[4] Pada abad ke-14 Maharaja Suryanata, gubernur Majapahit memerintah di Kerajaan Negara Dipa (Amuntai) yang berpusat di Candi Agung dengan wilayah mandalanya dari Tanjung Silat sampai Tanjung Puting
dengan daerah-daerah yang disebut Sakai, yaitu daerah sungai Barito,
Tabalong, Balangan, Pitap, Alai, Amandit, Labuan Amas, Biaju Kecil
(Kapuas-Murung), Biaju Besar (Kahayan), Sebangau, Mendawai, Katingan,
Sampit dan Pembuang yang kepala daerah-daerah tersebut disebut Mantri Sakai, sedangkan wilayah Kotawaringin pada masa itu merupakan kerajaan tersendiri.[5] Kerajaan Negara Dipa dilanjutkan oleh Kerajaan Negara Daha dengan raja pertamanya Miharaja Sari Babunangan Unro [miharaja= maharaja].
Raja tersebut telah mengantar salah seorang puteranya yang bernama
Raden Sira Panji alias Uria Gadung [Uria= Aria] untuk memegang kekuasaan
wilayah Tanah Dusun [atau Barito Raya] yang berkedudukan di JAAR – SANGGARWASI.[6]
Pada abad ke-16 Kalimantan Tengah masih termasuk dalam wilayah Kesultanan Banjar, penerus Negara Daha yang telah memindahkan ibukota ke hilir sungai Barito tepatnya di Banjarmasin, dengan wilayah mandalanya yang semakin meluas meliputi daerah-daerah dari Tanjung Sambar sampai Tanjung Aru. Pada abad ke-16, berkuasalah Raja Maruhum Panambahan yang beristrikan Nyai Siti Biang Lawai,
seorang puteri Dayak anak Patih Rumbih dari Biaju. Tentara Biaju
kerapkali dilibatkan dalam revolusi di istana Banjar, bahkan dengan aksi
pemotongan kepala (ngayau) misalnya saudara muda Nyai Biang Lawai bernama Panglima Sorang yang diberi gelar Nanang Sarang
membantu Raja Maruhum menumpas pemberontakan anak-anak Kiai Di Podok.
Selain itu orang Biaju (sebutan Dayak pada zaman dulu) juga pernah
membantu Pangeran Dipati Anom (ke-2) untuk merebut tahta dari Sultan Ri'ayatullah. Raja Maruhum menugaskan Dipati Ngganding untuk memerintah di negeri Kotawaringin. Dipati Ngganding digantikan oleh menantunya, yaitu Pangeran Dipati Anta-Kasuma putra Raja Maruhum sebagai raja Kotawaringin yang pertama dengan gelar Ratu Kota Waringin. Pangeran Dipati Anta-Kasuma adalah suami dari Andin Juluk binti Dipati Ngganding dan Nyai Tapu binti Mantri Kahayan. Di Kotawaringin Pangeran Dipati Anta-Kasuma menikahi wanita setempat dan memperoleh anak, yaitu Pangeran Amas dan Putri Lanting.[5]
Pangeran Amas yang bergelar Ratu Amas inilah yang menjadi raja
Kotawaringin, penggantinya berlanjut hingga Raja Kotawaringin sekarang,
yaitu Pangeran Ratu Alidin Sukma Alamsyah. Kontrak pertama Kotawaringin dengan VOC-Belanda terjadi pada tahun 1637.[7]Menurut
laporan Radermacher, pada tahun 1780 telah terdapat pemerintahan
pribumi seperti Kyai Ingebai Suradi Raya kepala daerah Mendawai, Kyai
Ingebai Sudi Ratu kepala daerah Sampit, Raden Jaya kepala daerah
Pembuang dan kerajaan Kotawaringin dengan rajanya yang bergelar Ratu Kota Ringin[8]
Berdasarkan traktat 13 Agustus 1787, Sunan Nata Alam
dari Banjarmasin menyerahkan daerah-daerah di Kalimantan Tengah,
Kalimantan Timur, sebagian Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan
Selatan (termasuk Banjarmasin) kepada VOC, sedangkan Kesultanan Banjar sendiri dengan wilayahnya yang tersisa sepanjang daerah Kuin Utara, Martapura, Hulu Sungai sampai Distrik Pattai, Distrik Sihoeng dan Mengkatip menjadi daerah protektorat VOC, Belanda. Pada tanggal 4 Mei 1826 Sultan Adam
al-Watsiq Billah dari Banjar menegaskan kembali penyerahan wilayah
Kalimantan Tengah beserta daerah-daerah lainnya kepada pemerintahan
kolonial Hindia Belanda. Secara de facto wilayah pedalaman Kalimantan
Tengah tunduk kepada Hindia Belanda semenjak Perjanjian Tumbang Anoi
pada tahun 1894. Selanjutnya kepala-kepala daerah di Kalimantan Tengah
berada di bawah Hindia Belanda.[9] Sekitar tahun 1850, daerah Tanah Dusun
(Barito Raya) terbagi dalam beberapa daerah pemerintahan yaitu: Kiaij
Martipatie, Moeroeng Sikamat, Dermawijaija, Kiaij Dermapatie, Ihanjah
dan Mankatip.[10][11]
Sejak tahun 1845, Hindia Belanda membuat susunan pemerintahan untuk daerah zuid-ooster-afdeeling van Borneo [meliputi daerah sungai Kahayan,
sungai Kapuas Murung, sungai Barito, sungai Negara serta Tanah Laut]
selain Residen terdapat juga Rijksbestierder alias Kepala Pemerintahan
Pangeran Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana. Di dalam hierarki pemerintahan tersebut terdapat nama kepala suku Dayak seperti Tumenggung Surapati dan Toemenggoeng Nicodemus Djaija Negara.[12]
Berdasarkan Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849,
daerah-daerah di wilayah ini termasuk dalam zuid-ooster-afdeeling
menurut Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8.[13] Daerah-daerah di Kalteng tergolang sebagai negara dependen dan distrik dalam Kesultanan Banjar.[14]
Sebelum abad XIV, daerah Kalimantan Tengah termasuk daerah yang masih
murni, belum ada pendatang dari daerah lain. Saat itu satu-satunya alat
transportasi adalah perahu. Tahun 1350 Kerajaan Hindu mulai memasuki
daerah Kotawaringin. Tahun 1365, Kerajaan Hindu dapat dikuasai oleh
Kerajaan Majapahit. Beberapa kepala suku diangkat menjadi Menteri
Kerajaan. Tahun 1520, pada waktu pantai di Kalimantan bagian selatan
dikuasai oleh Kesultanan Demak, agama Islam mulai berkembang di
Kotawaringin. Tahun 1615 Kesultanan Banjar mendirikan Kerajaan
Kotawaringin, yang meliputi daerah pantai Kalimantan Tengah.
Daerah-daerah tersebut ialah : Sampit, Mendawai, dan Pembuang. Sedangkan
daerah-daerah lain tetap bebas secara otonom menjalankan hukum adat
Dayak-Kaharingan, dipimpin langsung oleh para kepala suku, bahkan banyak
dari antara mereka yang menarik diri masuk ke pedalaman. Di daerah
Pematang Sawang Pulau Kupang, dekat Kapuas, Kota Bataguh pernah terjadi
perang besar. Perempuan Dayak bernama Nyai Undang memegang peranan dalam
peperangan itu. Nyai Undang didampingi oleh para satria gagah perkasa,
diantaranya Tambun, Bungai, Andin Sindai, dan Tawala Rawa Raca. Di
kemudian hari nama pahlawan gagah perkasa Tambun Bungai, menjadi nama
Kodam XI Tambun Bungai, Kalimantan Tengah. Tahun 1787, dengan adanya
perjanjian antara Sultan Banjar dengan VOC, berakibat daerah Kalimantan
Tengah, bahkan nyaris seluruh daerah, dikuasai VOC. Sekitar tahun 1835
misionaris Kristen mulai beraktifitas secara leluasa di selatan
Kalimantan. Pada 26 Juni 1835,
Barnstein, penginjil pertama Kalimantan tiba dan mulai menyebarkan
agama Kristen di Banjarmasin. Pemerintah lokal Hindia Belanda malahan
merintangi upaya-upaya misionaris[15] Pada tanggal 1 Mei 1859 pemerintah Hindia Belanda membuka pelabuhan di Sampit.[16]
Tahun 1917, Pemerintah Penjajah mulai mengangkat masyarakat setempat
untuk dijadikan petugas-petugas pemerintahannya, dengan pengawasan
langsung oleh para penjajah sendiri. Sejak abad XIX, penjajah mulai
mengadakan ekspedisi masuk pedalaman Kalimantan dengan maksud untuk
memperkuat kedudukan mereka. Namun penduduk pribumi, tidak begitu saja
mudah dipengaruhi dan dikuasai. Perlawanan kepada para penjajah mereka
lakukan hingga abad XX. Perlawanan secara frontal, berakhir tahun 1905,
setelah Sultan Mohamad Seman gugur sebagai kusuma bangsa di Sungai
Menawing dan dimakamkan di Puruk Cahu. Tahun 1835, Agama Kristen
Protestan mulai masuk ke pedalaman. Hingga Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia, 17 Agustus 1945, para penjajah tidak mampu menguasai
Kalimantan secara menyeluruh. Penduduk asli tetap bertahan dan
mengadakan perlawanan. Pada Agustus 1935 terjadi pertempuran antara suku
Dayak Punan yaitu Oot Marikit dengan kaum penjajah. Pertempuran
diakhiri dengan perdamaian di Sampit antara Oot Marikit dengan
menantunya Pangenan atau Panganon dengan Pemerintah Belanda. Menurut
Hermogenes Ugang , pada abad ke 17, seorang misionaris Roma Katholik
bernama Antonio Ventimiglia pernah datang ke Banjarmasin. Dengan
perjuangan gigih dan ketekunannya hilir-mudik mengarungi sungai besar di
Kalimantan dengan perahu yang telah dilengkapi altar untuk mengurbankan
Misa, ia berhasil membaptiskan tiga ribu orang Ngaju menjadi Katholik.
Pekerjaan beliau dipusatkan di daerah hulu Kapuas (Manusup) dan pengaruh
pekerjaan beliau terasa sampai ke daerah Bukit. Namun, atas perintah Sultan Banjarmasin,
Pastor Antonius Ventimiglia kemudian dibunuh. Alasan pembunuhan adalah
karena Pastor Ventimiglia sangat mengasihi orang Ngaju, sementara saat
itu orang-orang Ngaju mempunyai hubungan yang kurang baik dengan Sultan
Surya Alam/Tahliluulah, karena orang Biaju (Ngaju) pendukung Gusti
Ranuwijaya penguasa Tanah Dusun-saingannya Sultan Surya Alam/Tahlilullah
dalam perdagangan lada.[17]
Dengan terbunuhnya Pastor Ventimiglia maka beribu-ribu umat Katholik
orang Ngaju yang telah dibapbtiskannya, kembali kepada iman asli milik
leluhur mereka. Yang tertinggal hanyalah tanda-tanda salib yang pernah
dikenalkan oleh Pastor Ventimiglia kepada mereka. Namun tanda salib
tersebut telah kehilangan arti yang sebenarnya. Tanda salib hanya
menjadi benda fetis (jimat) yang berkhasiat magis sebagai penolak bala
yang hingga saat ini terkenal dengan sebutan lapak lampinak dalam bahasa
Dayak atau cacak burung dalam bahasa Banjar.
Di masa penjajahan, suku Dayak di daerah Kalimantan Tengah, sekalipun
telah bersosialisasi dengan pendatang, namun tetap berada dalam
lingkungannya sendiri. Tahun 1919, generasi muda Dayak yang telah
mengenyam pendidikan formal, mengusahakan kemajuan bagi masyarakat
sukunya dengan mendirikan Serikat Dayak dan Koperasi Dayak, yang
dipelopori oleh Hausman Babu, M. Lampe , Philips Sinar, Haji Abdulgani,
Sian, Lui Kamis, Tamanggung Tundan, dan masih banyak lainnya. Serikat
Dayak dan Koperasi Dayak, bergerak aktif hingga tahun 1926. Sejak saat
itu, Suku Dayak menjadi lebih mengenal keadaan zaman dan mulai bergerak.
Tahun 1928, kedua organisasi tersebut dilebur menjadi Pakat Dayak, yang
bergerak dalam bidang sosial, ekonomi dan politik. Mereka yang terlibat
aktif dalam kegiatan tersebut ialah Hausman Babu, Anton Samat, Loei
Kamis. Kemudian dilanjutkan oleh Mahir Mahar, C. Luran, H. Nyangkal, Oto
Ibrahim, Philips Sinar, E.S. Handuran, Amir Hasan, Christian Nyunting,
Tjilik Riwut, dan masih banyak lainnya. Pakat Dayak meneruskan
perjuangan, hingga bubarnya pemerintahan Belanda di Indonesia. Tahun
1945, Persatuan Dayak yang berpusat di Pontianak, kemudian mempunyai
cabang di seluruh Kalimantan, dipelopori oleh J. Uvang Uray , F.J.
Palaunsuka, A. Djaelani, T. Brahim, F.D. Leiden. Pada tahun 1959,
Persatuan Dayak bubar, kemudian bergabung dengan PNI dan Partindo.
Akhirnya Partindo Kalimantan Barat meleburkan diri menjadi IPKI. Di
daerah Kalimantan Timur berdiri Persukai atau Persatuan Suku Kalimantan
Indonesia dibawah pimpinan Kamuk Tupak, W. Bungai, Muchtar, R. Magat,
dan masih banyak lainnya.
Tahun 1942, Kalimantan Tengah disebut Afdeeling Kapoeas-Barito yang terbagi 6 divisi.
Rahma's Experience..tempat saya berbagi ilmu,motivasi,perjalanan dan pengalaman dengan dunia
Kamis, 25 September 2014
TUGAS
LAPORAN
PRAKTIKUM BIOLOGI
UJI GULA
DALAM URIN
Oleh :
Nama : Rahmah
Safitri
SEKOLAH
MENENGAH ATAS NEGERI 1 PALANGKA RAYA
KALIMANTAN
TENGAH
I.TUJUAN
Mendeteksi ada tidaknya glukosa di dalam
tubuh.
II.
ALAT DAN BAHAN
v
Alat tulis
v
Kertas
v
Tabung reaksi
v
Lampu bunsen
v
Penjepit tabung reaksi
v
Pipet
v
Urin (air seni)
v
Larutan benedict
v
Gula
v
Air
III.
CARA KERJA
v
Ujilah larutan gula dengan larutan
Benedict sebagai pembanding perubahan warna yang terjadi.Caranya buatlah
larutan gula dari satu sendok makan gula yang dilarutkan kedalam setengah gelas
air.
v
Masukkan 20 tetes larutan gula itu
kedalam tabung reaksi.
v
Tetesi larutan gula dengan 5 tetes
larutan Benedict,kocok hingga tercampur merata.
v
Jepitlah tabung reaksi dengan
penjepit.Panasi ujung tabung reaksi di atas nyala api lampu
bunsen.Memanaskannya harus sebentar-sebentar diangkat agar tidak
hangus(gosong).Jangan sampai mendidih.Pemanasan yang berlebihan menyebabkan
perubahan warna yang tidak cocok.Waktu pemanasan sekitar 3-5 menit.
v
Amati perubahan warna yang
terjadi.Apabila mengandung gula,bahan ini menunjukkan endapan berwarna merah
bata.
v
Kemudian,ujilah urin dengan cara yang
sama dimulai dari langkah kerja nomor 2,hanya saja larutan gula diganti dengan
urin.Sebaiknya semua siswa menguji urin masing-masing dengan seksama.
V.
MENJAWAB PERTANYAAN
1. Perubahan warna apakah yang terlihat pada urin sebelum
dipanasi dengan sesudah diatas lampu Bunsen?Mengapa demikian?
Jawaban :
Sebelum dipanaskan di atas lampu
Bunsen urin akan berwarna biru muda dan sesudah dipanaskan urin akan berwarna
hijau pekat yang artinya urin mengandung glukosa meskipun kadarnya sedikit.
2. Jika pada sampel urin yang kalian uji ternyata ditemukan
adanya endapan berwarna merah bata,apa artinya?
Jawaban :
Pada uji glukosa, jika urine
membentuk endapan merah bata menunjukkan bahwa urine positif mengandung
glukosa.
3.Kira-kira apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh seseorang
jika menunjukkan merah bata? Langkah apa yang perlu dilakukan agar tubuhnya
kembali sehat?
Jawaban :
Kira-kira yang terjadi pada tubuh
seseorang jika menunjukkan merah bata adalah menderita penyakit diabetes mellitus (kencing manis).
Agar tubuhnya kembali sehat langkah
yang perlu dilakukan adalah :
1. Melakukan pengobatan secara teratur,berkonsultasi
ke dokter
2. Berolahraga secara teratur
3. Mengurangi konsumsi makanan yang
banyak mengandung gula
4. Banyak meminum air putih
VII. KESIMPULAN
Pada percobaan yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada uji glukosa, jika urine membentuk endapan merah bata
menunjukkan bahwa urine positif mengandung glukosa. Namun jika warna urine
bening, keruh, putih, atau hijau menunjukkan kadar glukosa nol. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa dalam urine tersebut tidak mengandung bahan-bahan lain
yang merugikan atau peluang diabetes melitus nya sangat kecil.Jika ada yang
positif mengandung glukosa terlalu banyak maka harus melakukan langkah-langkah
pengobatan agar tubuhnya kembali sehat,misalnya Melakukan pengobatan secara
teratur,berkonsultasi ke dokter,berolahraga secara teratur,mengurangi konsumsi
makanan yang banyak mengandung gula,banyak meminum air putih.
TUGAS
MENCARI SEJARAH
KEPERAWATAN
NAMA : RAHMAH SAFITRI
NIM : PO.62.20.1.14.032
REGULER XVII
KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES PALANGKARAYA
KALIMANTAN TENGAH
2014
SEJARAH PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN
A.
PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN DI DUNIA
1.
Zaman
purba
Dimana pada dasarnya
manusia diciptakan telah memiliki naluri
untuk merawat diri sendiri sebagaimana tercermin pada seorang ibu.naluri yang
sederhana adalah memelihara kesehatan dalam hal ini adalah menyusui anaknya
sehingga harapan pada awal perkembangan keperawatan,perawat harus memiliki
naluri keibuan (mother instinct)
kemudian bergeser ke zaman purba di mana pada zaman ini orang masih percaya
pada sesuatu tentang adanya kekuatan mistis yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia,kepercayaan ini dikenal dengan nama animism,dimana seseorang yang sakit
dapat disebabkan karena kekuatan alam atau pengaruh kekuatan gaib.Kemudian
dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa dimana pada masa itu penyakit
dianggap disebabkan karena kemarahan dewa sehingga kuil-kuil didirikan sebagai
tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta kesembuhan di kuil tersebut dengan
bantuan priest physician.
2.
Zaman
Keagamaan
Pada zaman
ini,perkembangan keperawatan ini mulai bergeser ke arah spiritual dimana
seseorang yang sakit dapat disebabkan karena adanya dosa atau kutukan
Tuhan.Pusat perawatan adalah tempat-tempat ibadah sehingga pada waktu itu
pemimpin agama dapat disebut sebagai tabib yang mengobati pasien karena ada
anggapan yang mampu mengobati adalah pemimpin agama sehingga pemimpin agama
dijunjung tinggi.Sedangkan perawat dianggap sebagai budak dan mendapat
penghargaan yang rendah karena pekerjaannya didasarkan perintah dari pemimpin
agama yang berperan sebagai tabib.
3.
Zaman
Masehi
Pada permulaan
masehi,agama Kristen mulai berkembang.Pada masa ini keperawatan mengalami
kemajuan yang berarti seiring dengan kepesatan perkembangan agama Kristen.
Organisasi wanita pertama yang dibentuk pada saat itu dinamakan Deaconesses,mengunjungi orang-orang
sakit dan anggota keagamaan laki-laki memberikan perawatan serta mengubur orang
mati.Pada perang salib perawat laki-laki dan perempuan bertugas merawat
orang-orang yang luka dalam peperangan tersebut.
Kemajuan profesi keperawatan pada masa ini juga
terlihat jelas dengan berdirinya rumah sakit terkenal di Roma yang bernama Monastic Hospital. Rumah sakit ini dilengkapi dengan fasilitas
perawatan berupa bangsal-bangsal perawatan untuk merawat orang sakit serta
bangsal-bangsal lain sebagai tempat
merawat orang cacat,miskin dan yatim piatu.
Seperti halnya di Eropa,pada
pertengahan abad VI masehi keperawatan juga berkembang di benua Asia.Tepatnya
di Timur Tengah seiring dengan perkembangan agama islam.Pada masa ini di
jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti ilmu pasti,ilmu
kimia,hygiene dan obat-obatan.Hal ini menyebabkan keperawatan juga
berkembang.Prinsip dasar keperawatan,seperti pentingnya menjaga kebersihan diri
(personal hygiene),kebersihan
makanan,air dan lingkungan berkembang pesat.Tokoh keperawatan yang terkenal dari
dunia Arab pada masa ini adalah Rafidah.
4.
Permulaan
abad XVI
Struktur dan orientasi masyarakat
berubah dari orientasi keagamaan menjadi orientasi pada kekuasaan,yaitu
perang,eksplorasi kekayaan alam serta perkembangan pengetahuan.Akibatnya banyak
gereja dan tempat ibadah ditutup,padahal tempat ini digunakan oleh ordo-ordo
keagamaan untuk merawat orang-orang sakit.
5.
Perang
Saudara sampai Awal Abad ke-20
Clara Barton,pendiri
Palang Merah Amerika,merawat para serdadu di medan perang,membersihkan
luka,memenuhi kebutuhan dasar,dan menentramkan mereka dalam menuju ajal.Tokoh
yang berpengaruh lainnya selama perang saudara adalah Dorothea Lynde Dix,Mary
Ann Ball (Mother Bickerdyke),dan Harriet
Tubman (Donahue,1996).Sebagai pengawas dari perawat wanita di Kesatuan Tentara
Union,Dix mengorganisasikan rumah sakit,mengangkat perawat,dan mengawasi serta
mengatur persediaan suplai kepada serdadu.Mother Bickerdyke mengatur pelayanan
ambulans,melakukan supervisi perawat,dan memasuki area terlarang di medan
perang saat malam hari untuk menyelamatkan korban perang. Harriet Tubman
berperan aktif dalam pergerakan Underground Railroad dan membantu pembebasan
300 orang budak (Donahue,1996).
Keperawatan di rumah
sakit berkembang pada abad ke-19.Akan tetapi,keperawatan komunitas baru
berkembang pada tahun 1893 saat Lillian Wald dan Mary Brewster membuka Henry
Street Settlement,yang focus pada kebutuhan kesehatan dari penduduk miskin yang
tinggal di rumah-rumah petak di kota New
York (Donahue,1996).
6.
Abad
ke-20
Pada awal abad ke-20
terjadi perubahan kea rah cabang keperawatan yang berbasis pada penelitian dan
ilmu pengetahuan.Dalam hal ini,peran Mary Adelaide Nutting sangat besar dalam
membangun afiliasi pendidikan keperawatan dengan universitas.
7.
Zaman
Permulaan abad 21
Pada permulaan abad ini
perkembangan keperawatan berubah,tidak lagi dikaitkan dengan factor
keagamaan,akan tetapi berubah pada factor kekuasaan.
8.
Masa
sebelum perang dunia II
Dasar pelayanan
keperawatan dititikberatkan pada pengaduan sebagai ungkapan cinta bersama yang
diinspirasikan oleh ajaran agama,sasarannnya adalah pelayanan orang yang
sakit.Tenaga perawat yang member pelayanan tersebut sedikit sekali atau bahkan
tanpa pendidikan formal.Yang terpenting adakah praktik langsung,karena pada
masa itu yang menonjol adalah model peran.Ruang lingkup pelayanan perawatan
lebih dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar fisiologis manusia yang sakit.
Florence Nightingale
(1820-1910) merupakan tokoh pembaharu perawatan pada saat itu dan bahkan sering
disebut Ibu Perawatan.Pada waktu itu,Florence Nightingale sudah menyadari
pentingnya suatu sekolah untuk mendidik para calon perawat,agar dapat diberikan
pengetahuan,keterampilan dan pembinaan mental.
Florence Nightingale
Dalam tulisannya Notes on Nursing;What It Is and What It Is Not,Florence
Nightingale mendirikan filosofi keperawatan pertama berdasarkan perawatan dan
perbaikan kesehatan (Nightingale,1860).Beliau memandang peran keperawatan
sebagai “tugas menjaga kesehatan seseorang” berdasarkan pengetahuan “bagaimana
membuat tubuh berada dalam keadaan yang bebas penyakit atau untuk sembuh dari
penyakit”(Nightingale,1860).Pada tahun yang sama,beliau mendirikan program
pertama yang terorganisasi untuk melatih perawat yaitu Nightingale Training School
for Nurses di Rumah sakit St.Thomas di kota London.
Pada tahun
1853,Nightingale menuju Paris untuk belajar bersama dengan Sisters of Charity
dan selanjutnya ditunjuk sebagai pengawas Rumah Sakit Umum Inggris di
Turki.Pada periode ini Nightingale membuat perubahan dalam praktik
hygiene,sanitasi,dan praktik keperawatan.Beliau menjadi relawan saat Perang
Crimean tahun 1853 dan mengunjungi rumah sakit di medan perang pada malam hari
dengan membawa lampu;ia kemudian dikenal sebagai “lady with the lamp” (wanita
dengan lampu).Fasilitas dasar,sanitasi,dan nutrisi pada rumah sakit di medan
perang sangat buruk.Akhirnya beliau ditugaskan untuk mengatur dan memperbaiki
kualitas dari fasilitas sanitasi.Sebagai hasilnya,angka kematian pada Rumah
sakit Barracks di Scutari,Turki menurun 42,7 % menjadi 2,2 % dalam 6 bulan (Donahue,1996:Woodham-Smith,1983)
9.
Masa
Selama Perang Dunia II
Selama perang,banyak kejadian yang
merupakan “tekanan” bagi setiap bangsa di dunia.Penerapan teknologi modern
dalam bidang pelayanan orang sakit telah mulai diperkenalkan waktu itu sebagai
jawaban atas kebutuhan pelayanan kesehatan akibat penderitaan selama
perang.Timbulnya penyakit akibat perang,menyebabkan dibutuhkannya peningkatan
pengatuhan dan keterampilan tenaga medis maupun perawat.Kemampuan satu bidang
profesi tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan waktu itu.Inipun merupakan tantangan baru bagi perawat dalam
memberikan pelayanan kesehatan bersama dengan pfofesi lain.
10.Masa Pasca Perang Dunia II
Akibat Perang Dunia II
yang mengakibatkan banyaknya penderitaan bagi penduduk dunia telah menggugah
semua pihak untuk memperbaiki keadaan
dunia,perkembangan pesat di segala ilmu dan bidang kehidupan,sekaligus
merupakan perubahan-perubahan untuk mewujudkan masyarakat dunia yang sejahtera.
Dasar pemikiran semula,”The Nurse must give total patient care”
dalam arti sempit telah berkembang,dalam arti luas perawat lebih menyadari atas
makna totality of the individual client dari sebelumnya.Oleh karena itu terjadi
perubahan dari perawat bekerja sendiri menjadi bekerja secara team.
Dalam dekade ini telah
dilancarkan perjuangan untuk pengakuan keperawatan sebagai profesi.Lucile Brown
(1948) menulis laporan tentang pengakuan perawat sebagai profesi merupakan
titik tolak yang besar untuk kehidupan perawat dan profesi perawat.
11.
Sejak
Tahun 1950
Dalam mengacu proses
profesionalisme,perlu pengembangan pendidikan perawatan.Sebenarnya pendidikan
keperawatan di tingkat universitas sudah ada sejak tahun 1909 di Universitas
Minoseta Amerika. Namun,pengakuan perawat sebagai profesi,baru terjadi tahun
1950,inipun baru pengakuan saja,belum memenuhi karakteristik profesi.
Pendidikan perawat pada tingkat
“Bachelor” dimulai tahun 1919.Pada tahun 1977 telah terdapat 3830 orang lulusan
master di bidang keperawatan dan pada tahun 1972 terdapat 9 institusi yang
melaksanakan program Doktor di bidang keperawatan.
B.
PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN DI INDONESIA
1.
Masa
sebelum kemerdekaan
Pada masa pemerintahan
colonial Belanda,perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut verpleger
dengan dibantu Zieken oppaser sebagai penjaga orang sakit.Mereka bekerja pada
rumah sakit Binnen Hospital di Jakarta yang didirikan pada tahun 170 untuk memelihara
kesehatan staf dan tentara Belanda.Usaha pemerintah masa itu antara lain
membentuk Dinas Kesehatan Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat.Namun hanya untuk
kepentingan tentara Belanda.
Sebaliknya,Gubernur
Jenderal Inggris,Rafless sangat memperhatikan kesehatan rakyat.Semboyannya
adalah kesehatan adalah milik manusia,ia melakukan berbagai upaya untuk
memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi antara lain mengadakan
pencacaran umum,membenahi cara perawatan pasien gangguan jiwa serta
memperhatikan kesehatan dan perawatan para tahanan.
Setelah pemerintah colonial kembali
ke tangan Belanda,usaha-usaha peningkatan kesehatan penduduk mengalami
kemajuan.Pada tahun 1819 di Jakarta didirikan beberapa rumahsakit,salahsatu
diantaranya adalah Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM).Pada kurun waktu
1816-1942 berdiri beberapa rumahsakit swasta milik Misionaris Katolik dan
Zending Protestan antara lain Rumah Sakit PGI Cikini.Rumah Sakit St.Carolus
Salemba,Rumah Sakit St. Boromeus Bandung dan Rumah Sakit Elisabeth Semarang.Bersamaan
dengan berdirinya rumah sakit diatas,didirikan sekolah perawat,RS PGI Cikini
tahun 1906 menyelengggarakan pendidikan juru rawat,RSCM tahun1912 ikut
menyelengggarakan pendidikan juru rawat.Kekalahan tentara sekutu dan kedatangan
tentara Jepang tahun 1942-1945 menyebabkan perkembangan mengalami kemunduran.
2.
Masa
setelah kemerdekaan
· Periode tahun 1945-1962
Tahun 1945-1950,tenaga perawat yang
digunakan di unit-unit pelayanan keperawatan masih meneruskan system pendidikan
yang telah ada (lulusan “perawat” Pemerintah Belanda)
Bentuk-bentuk kegiatan pelayanan
keperawatan dari tahun 1945 sampai 1962 masih berorientasi pada keterampilan
melaksanakan prosedur.Pembangunan dibidang kesehatan diawali tahun 1949.Rumah
sakit dan balai pengobatan mulai dibangun untuk memenuhi kebutuhan tenaga
keperawatan.Pendidikan keperawatan
dari awal kemerdekaan sampai tahun 1953 masih berpola pada
pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah Hindia Belanda.
Tahun 1955 di buka Sekolah Djuru Kesehatan (SDK) dengan
pendidikan dasar umum sekolah rakyat ditambah pendidikan satu tahun dan Sekolah
Pengamat Kesehatan yaitu sebagai pengembangan SDK ditambah pendidikan satu
tahun.
Tahun 1962 dibuka Akademi Perawat,yaitu Pendidikan tenaga
keperawatan dengan dasar pendidikan umum SMA di Jakarta,di RSUP Cipto
Mangunkusumo yang sekarang dikenal sebagai Poltekes Jurusan Keperawatan
Jakarta.
· Periode tahun 1963-1982
Tidak terlalu banyak perkembangan di bidang
keperawatan,sekalipun sudah banyak perubahan dalam pelayanan,tempat tenaga
lulusan Akademi Keperawatan banyak diminati oleh rumah sakit-rumah
sakit,khususnya rumah sakit besar.
· Periode tahun 1983-sekarang
Tahun 1983 merupakan tahun kebangkitan profesi keperawatan di
Indonesia,sebagai perwujudan lokarya pada tahun 1984 diberlakukan kurikulum
nasional untuk Diploma III Keperawatan.
Tahun 1985 dibuka Program Studi Ilmu Keperawatan di Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia dan kurikulum pendidkan tenaga keperawatan
jenjang S1 juga disahkan.
Tahun 1992,secara hokum keberadaan tenaga keperawatan sebagai
profesi diakui dalam undang-undang.
Tahun 1995 dibuka lagi Prodi Ilmu Keperawatan di Universitas
Padjadjaran Bandung.
Tahun 1998 dibuka program S2 Keperawatan yang ketiga di
Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta.Kurikulum Ners disahkan,digunakannya
kurikulum ini merupakan hasil pembaruan kurikulum S1 Keperawatan tahun 1985.
Tahun 1999 program S1 kembali dibuka di Universitas Airlangga
Surabaya,Universitas Brawijaya Malang,Universitas Hasanudin Ujung
Pandang,Universitas Sumatera Utara,Universitas Diponegoro Jawa
Tengah,Universitas Andalas dan dengan SK Mendikbud No.129/D/O/1999/dibuka juga
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIK) di St.Carolus Jakarta.Pada tahun ini
juga (1999) kurikulum D III Keperawatan selesai diperbaharui dan mulai
didesiminasikan serta diberlakukan secara nasional.
Tahun 2000 diterbitkan SK Menkes No. 647 tentang Registrasi
dan Praktik Perawat sebagai regulasi praktik keperawatan sekaligus kekuatan
hokum bagi tenaga perawat dalam menjalankan praktik keperawatan secara
professional.
Langganan:
Postingan (Atom)